Penderita DM dituntut mempunyai gula darah stabil di jaman dengan tantangan
pola konsumsi makanan tidak sehat seperti saat ini. Self-empowerment dibutuhkan
oleh penderita DM untuk mengontrol gula darahnya. Self-empowerment adalah
kemampuan individu untuk mengontrol hidup mereka, menentukan pilihan dalam
perawatan penyakitnya. Berdasarkan studi pendahuluan, kasus DM menjadi 10
kasus kunjungan tertinggi di Rumah Sakit Bhayangkara Denpasar, dan di tahun
2024 meningkat 8289 kunjungan. Penelitian ini menggunakan metode non
probability sampling jenis purposive sampling, jumlah sample 74 orang,
pengumpulan data menggunakan kuisioner DES (Diabetes Empowerment Scale)
untuk variabel self-empowerment dan kuisioner monitoring gula darah yang telah
teruji validitas dan reliabilasnya, Analisis yang digunakan adalah uji bivariat rank
spearman. Hasil penelitian menunjukkan 52 orang (70.3%) responden yang
memiliki self-empowerment baik, 50 orang (67.6%) diantaranya melakukan
monitoring gula darah secara teratur, kemudian dari 22 orang (29.7%) responden
yang memiliki self-empowerment kategori cukup, 12 orang (16.2%) diantaranya
tidak teratur dalam melakukan monitoring gula darah. Hasil analisis menunjukkan
nilai p-value = 0,001 (p < 0,05) dan r = 0,592, yang berarti terdapat hubungan
signifikan dengan kekuatan cukup kuat antara self-empowerment dan monitoring
gula darah. Dukungan dari tenaga medis, program edukasi yang terstruktur, serta
akses yang baik terhadap layanan kesehatan telah berkontribusi pada
pengembangan self-empowerment yang baik, dan pada akhirnya meningkatkan
kedisiplinan dalam monitoring gula darah.